Poem

Kedipan Aksara

21.16 Mettia Indar Pratami 0 Comments

Tik…tok…tik…tok…
Lagit-langit bersorak risau.
Lidahnya membelit pagar di ujung randu.
Kelu; enggan berseteru.

Semak belukar bercerita,
seorang pujaan dewa meleleh di bakar tawa.
Urat leher meliuk mencengkram suaranya;
terkunci di kolam nirwana.

Pesan kalbu terpancar melewati tembok kenestapaan.
“bersulanglah bersama kegelapan, ruhku terbang meminum kemurkaan.”

Aroma aksara yang terlontar menyelimuti dua kutub.
Begitu nikmat, bukan?
Menyerang raga,
menebas kepingan hati.

Ah, ikuti saja keduanya dan berharap celotehan itu terlukis pada ranting yang basah.

ditemani segelas luapan keegoisan pada pukul sembilan malam.



0 komentar: