Poem

Tabula Rasa

21.54 Mettia Indar Pratami 0 Comments




Secarik ‘tabula rasa’ tersimpan rapi
tertimbun tumpukan tak berpenghuni
dikendalikan daya magis nurani
menorehkan tinta,
melumpuhkan logika.

Apa gerangan kotak mungil itu?
menampung berjuta sorot sinar sendu
lepas bersama renyah tawa sukma
melambung di antara putih biru atap dunia.

Usah kau sedu-sedan,
tak melulu soal perasaan
apa yang kau pikirkan tak harus berselisih dengan keadaan
pagi kau caci, malam kau hakimi
panas kau umpat, hujan kau laknat
kau sama sepertiku, tak pernah memuji nikmat
yang ada hanya kalimat menyayat.

Detik ini ia bersiap pergi
bukan karena benci atau tak tahu diri
“ruanganku sudah terpenuhi,” katanya
ia tak akan kembali
walau hanya mampir untuk basa-basi.

Pada sembilan malam, empat sepuluh enambelas

—mIp

0 komentar: