Poem
Tabula Rasa
tertimbun tumpukan tak berpenghuni
dikendalikan daya magis nurani
menorehkan tinta,
melumpuhkan logika.
Apa gerangan kotak
mungil itu?
menampung berjuta sorot
sinar sendu
lepas bersama renyah
tawa sukma
melambung di antara
putih biru atap dunia.
Usah kau sedu-sedan,
tak melulu soal perasaan
apa yang kau pikirkan tak harus berselisih dengan keadaan
pagi kau caci, malam kau hakimi
panas kau umpat, hujan kau laknat
kau sama sepertiku, tak pernah memuji nikmat
yang ada hanya kalimat menyayat.
Detik ini ia bersiap
pergi
bukan karena benci atau
tak tahu diri
“ruanganku sudah
terpenuhi,” katanya
ia tak akan kembali
walau hanya mampir
untuk basa-basi.
Pada sembilan malam,
empat sepuluh enambelas
—mIp—
0 komentar: