Titik Koma

10.15 Mettia Indar Pratami 0 Comments


“Sebab bagiku kau adalah kumpulan partikel asa yang selalu ku coba tuk realisasikan.” 

“Dusta. Kau memang pandai merangkai kata. Namun, satu hal yang harus kau tau, aku bukanlah asa  yang selama ini kau dambakan, aku adalah potongan kekecewaan yang siap menghujam saat kau lengah.” Ucapmu, sembari menatapku sayu.

“Pun aku, akan ada probabilitas di mana kita akan saling mengecewakan, namun aku—”

“Sudahlah, berulang kali ku katakan padamu, mencintaiku tidak semudah yang kau bayangkan. Terlalu sering batinmu meronta karena perihnya sayatan frase yang keluar dari bibirku. Sadarlah, aku tidak pantas menerima ketulusan hatimu.”

“Kau tahu, tak pernah sedikitpun aku menyesal melabuhkan perasaanku padamu. Memahamimu membutuhkan waktu, dan aku menikmati setiap proses yang tercipta.”  

Kau hanya tertunduk diam. Argumen yang kau lontarkan terasa sia-sia bagimu. Kesekian kalinya kita beradu kata dalam cerita yang tak berujung ini. Hening, hingga kita terpisahkan oleh jarak yang tak bergeming.

---------------------------------------------------------------------------------------
Makhluk-makhluk jenaka itu hanya dapat berceloteh tanpa makna. “Omong kosong”, gumamku. Mereka tertawa terpingkal dengan wajah masam. Tatapan mereka seperti sedang meledekku, mata mereka berputar tak beraturan sembari menggerogoti tubuh mereka masing-masing. MENJIJIKKAN.
 

0 komentar: