Poem,
Blank Space
Monday, April 18, 2016 | 21:31
Hampa; tak berisi, sepi, sendiri.
Bagai kaleng kosong tak berpenghuni.
Merana; meratapi gambar diri.
Gambar diri yang kini tiada arti;
hanya secarik kertas yang menjadi sampah.
Hampa; tak berarti buta,
hanya saja tak berdaya;
dengan keadaan yang ada.
Hampa; tak berarti buta,
hanya saja tak berdaya;
dengan keadaan yang ada.
Resah; sepotong rasa yang memaksa untuk dimengerti.
Bahwa hidup ini bukan melulu tentang ekspektasi yang tinggi.
Andai hati bisa bicara, pastilah ia berani beradu emosi.
Sesak; seakan peluru tajam hendak meluncur ke bumi.
Semesta paham akan semua ini.
Tak selayaknya secarik sampah berargumentasi.
Darah ini tak mengalir lagi; membeku.
Denyut nadi seakan berhenti, seirama dengan keadaan ini.
Jantung terus mengoyak seakan mengajak berseteru,
siapa aku? Hanya secarik sampah yang tak bermutu.
Mataku berkabut.
Kabut tebal yang menghalangi pandangan ini,
tak kuasa kubendung cairan emosi.
Tumpah membasahi pipi.
Terjebak dalam balutan melodi.
Siapa yang peduli?
Secarik sampah menyerah,
bukan karena salah.
Titik puncak kehidupan telah diraih.
Aku berhenti.
Tak berjalan lagi.
Menengok pun tak sudi.
Berjuta coretan luka tercipta.
Hanya memperkeruh suasana.
Kini secarik sampah telah lelah menghadapi pahitnya kehidupan ini, memilih untuk berhenti; tak bersusah payah lagi.
0 komentar: